Kelahiran dan Perkembangan Lesbumi
Suatu Studi Historis
Abstract
Tulisan ini menjelaskan tentang bagaimana perkembangan kelompok kebudayaan santri atau masyarakat pecinta budaya lainnya, yang berafiliasi dengan Nahdhlatul Ulama dalam mengembangkan produk seni budaya yang mencitrakan keislaman dan keindonesiaan. Perkembangan Lesbumi tidak bisa dilepaskan dari benturan arus kebudayaan Indonesia, yang di tahun 1960-an, sedang mencari bentuk, dengan kebudayaan mancanegara, seperti dari negeri-negeri Barat. Ranah budaya sendiri menjadi lokus yang krusial saat itu, mengingat sejumlah kekuatan politik kerap menggunakan aneka performa kebudayan sebagai alat kampanye untuk meraup suara rakyat dalam kontestasi Pemilihan Umum baik di tingkat nasional maupun daerah. Di sisi lain, medan budaya juga digunakan sebagai sarana penyebaran ilmu pengetahuan serta sosialisasi suatu gagasan ke publik. Artikel ini ditulis dengan pendekatan sejarah, dengan menganalisa sejumlah temuan primer serta sekunder yang diintegrasikan dengan metode penelitian sejarah.
This paper explains how the development of santri cultural groups or other culture-loving communities, affiliated with Nahdhlatul Ulama in developing cultural art products that image Islam and Indonesia. The development of Lesbumi cannot be separated from the clash of Indonesian culture, which in the 1960s, waslooking for form, with foreign cultures, such as from Western countries. The cultural realm itself became a crucial locus at that time, considering that a number of political forces often used various cultural performances as campaign tools to gain people's votes in General Election contestations both at the national and regional levels. On the other hand, the cultural field is also used as a means of disseminating knowledge and disseminating an idea to the public. This article is written with a historical approach, by analyzing a number of primary and secondary findings that are integrated with historicalresearch methods.